MY SPIRIT

KADO TERINDAHKU DI TAHUN BARU INI ADALAH KAMU SUAMIKU MY LIFE MY SPRIT, I LOVE YOU SO MUCH

Senin, 12 Januari 2015

Cintaku di Gunung Lokon

Aku adalah seorang anak yang lahir dari sebuah Kota yang sangat Indah, Hamparan bentangan alam dan luasnya perairan menambah indahnya suasana senja disore itu dikota Tomohan, Provinsi Sulawesi Utara-Menado. Tiap sore, Aku dan Adik semata wayangku Fahre berjalan-jalan disekitar gunug Lokon untuk mengenang saat-saat indah ketika masih bersama almarhum Ibuku yang telah mendahului semua yang mencitainya sejak 2 tahun yang lalu akibat tabrakan maut yang dialaminya. Semua begitu perih aku lalui semenjak kepergian sosok yang begitu aku butuhkan dan aku cintai itu. Tinggallah Aku, Fahre dan Ayahku.


Panggil saja aku Kayla. Pukul 06.30 aku menyiapkan sarapan untuk ayah dan adikku Fahre, karena aku akan bergegas menuju kesekolah yang jaraknya ditempuh selama setengah jam dari rumah dengan berjalan kaki. Dengan pelan kutepuk pundak adikku Fahre yang tengah asyik mengamati buku-buku bergambar yang baru aku belikan kemarin sore. Sedikit aku ceritakan tentang adikku Fahre. Sekarang umurnya telah mencapai 11 tahun. Namun dari kecil dia tdak pernah mengenyam yang namanya pendidika formal apalagi harus mengikuti program pemerintah Wajib belajar 9 Tahun pada saat ini. Semua itu bukanlah karena kemaunnya, bukan karena adikku malas atau nakal akan tetapi sejak kecil dia terlahir menjadi anak yang cacat. Dia tuli. Orang tua mana sih didunia ini yang menginginkan anaknya terlahir sebagai orang yang cacat? Semua itu tak pernah kami sesali karena merupakan kehendak dariNya. Hingga pada saat aku memanggilnya untuk sarapan maka aku hanya memberikan bahasa tubuh atau bahasa isyarat. Pasti dia akan mengerti dengan hal tersebut.

Sarapan pagi ini begitu nikmat kurasakan meskipun hanya makan bertiga tanpa seorang ibu, akan tetapi membuat kami bertiga tegar menghadapinya. Hinga akhirnya aku tiba disekolah jam 07.10. Tinggal lima menit lagi bel masukpun berbunyi. Terlihat Edy laki-laki yang selama ini diam-diam kucintai masuk dengan gayanya yang adem. Dia pasti akan duduk dibarisan paling pertama dan bangku nomor dua dari sebelah kanan. Aku telah menghafal gerak-geriknya, gaya bicaranya  dan tawanya yang khas masih tetap terekam indah didalam memoriku. Bahkan saat mataku terpejam pun aku sudah bisa mengenal suaranya tanpa harus melihat wajahnya. Dia begitu indah masuk dan menggorogoti tulang-tulang persendianku. Namun cinta ini hanya aku simpan rapat-rapat didalam hati dan tak pernah kubiarkan mendongak untuk memperlihatkan sesungguhnya kepada orang tersebut. Lamunanku buyar saat teman-temanku yang duduk bergerombol terhambur karena guru Biologi kami telah masuk kedalam ruangan. Yah Hari itu akan ada micro teaching. Pak Anton Guru Biologi kami akan mengacak Lima nama siswa untuk naik didepan siswa yang lain dan seolah-olah berlagak jadi guru betulan untuk menerangkan  materi yang telah ditentukan sebelumnya. Peserta pertama adalah Rahmi. Dia menjelaskan tentang Sel saraf yang merupakan sel yang berfungsi untuk membawa impuls-impuls saraf dan bereaksi pada perubahan lingkungan. Peserta ke dua sampai ke empatpun semuanya berhasil menjalani micro teaching dan tentunya menjawab pertanyaan-pertanyaan teman-teman yang lain dengan mudah, karena mereka baku atur dibawah sebelum naik menjelaskan akan tetapi peserta yang terakhir membuat jantungku hampir melonjak keluar dari tubuhku. Sungguh lebbay.

“Kayla, adalah peserta micro teaching terakhir pada kesempatan kali ini ucap pak Anton mengagetkanku. Yah dengan langkah yang kubuat seolah-olah kuat, kulangkahkan kakiku dengan mantap menuju kepapan tulis, kemudian dengan lagak sok siap menjalani ini aku kemudian mulai menjelaskan mengenai Fotosintesis yang telah ditetapkan oleh Pak Anton.“Fotosintesis adalah suatu mekanisme penyusunan energy pada tanaman berklorofil dengan bantuan cahaya matahari melalui reaksi-reaksi oksidasi”. Aku menjelaskan reaksi Fotosintesis secara lengkap mulai dari mekanismenya, tempat terjadinya sampai hasilnyapun telah aku jelaskan dengan bahasa yang lugas dan mantap, nah sekarang sesi Tanya jawabpun tiba. “bagi teman-teman yang merasa belum jelas dengan materi yang telah saya sampaikan tadi silahkan mengacukan tangan dan bertanya”, umpanku seolah-olah menantang teman-teman yang telah menjadi audiens dan sedikit telah aku kuasai keadaanya. “Aku! Tiba-tiba kulihat orang yang duduk dibarisan paling depan bangku nomor dua dari sebelah kanan mengacukan telunjuknya, membuatku kaget dan mukaku sepertinya mau bersemu merah tapi kutahan agar tidak  nampak dimatanya Dia. “iya, silakan kepada saudara Edy untuk bertanya,” ucapku dengan menguatkan hati ini agar tidak goyah.

“Fotosintesis kan membuat daun berwarna hijau, nah jadi bagaimana dengan daun yang berwarna kuning apakah dia tidak berfotosintesis lagi? Dan apakah penyebab daun tersebut menjadi kuning?

Pertanyaan itu membuatku lega, untung aku pernah membaca buku-buku mengenai fotosintesis jadi dengan kemantapan hati aku mulai menjawab pertanyaan itu.
“iya benar tadi kata saudara Edy bahwa fotosintesis membuat daun berwarna hijau karena mengandung klorofil yaitu pigmen yang berwarna hijau pada daun. Nah mengenai daun yang sudah layu atau berwarna kuning bahkan cokelat itu dkarenakan karena produktifitas fotosintesisnya tidak lagi normal atu bisa dikatakan berhenti, akan tetapi hal itu bukan hanya disebabkan karena daun sudah tidak mengalami fotosintesis lagi akan tetapi factor lain yang menyebabkan daun itu tidak lagi berwarna hijau dan layu juga disebabkan pula oleh jamur yang biasa kita sebut dengan nama Ptypora investan, jamur ini menyerang daun hingga menyebabkan daun tidak mampu untuk berfotoisntesis lagi, selain itu daun terlihat layu karena kekurangan Magnesium (Mg) sehingga itulah yang menyebabkan daun menjadi kuning”.

“Bagaimana dengan saudara Edy?
Dengan gaya yang sedikit nakal membuatku tersipu malu, Edy mengerlingkan matanya sambil berkata “perfect! Saya sudah bisa menerimanya. Teman-teman yang lain terdengar bertepuk tangan, namun tak kuhiraukan karena aku masih mencoba mengingat kerlingan mata Edy yang membuatku hampir jatuh pingsan, aku jadi Geeee—eeeeeR dibuatnya. 

Hingga larut malampun Aku belum bisa memejamkan mata ini karena seakan terhipnotis dengan kerlingan mata nakal itu yang masih bermain-main dipelupuk mataku. Aku tiba-tiba kaget, lamunanku buyar ternyata Fahre mengigau memanggil-manggil Ibuku, aku kemudian berlari menuju kamar Adikku itu, lalu kuusap kepalanya, “Astaga Re kamu sakit? Kepalanya sangat panas, dengan penuh kasih sayang aku mengompres kepalanya. Tubuh kurus Adiku terlihat terkulai, Aku menitikkan air mata mengingat almarhum ibuku yang selalu menjaga kesehatan kami dan tidak pernah membiarkan kami berdua sakit. Namun semenjak kepergian ibu, adikku sering sakit-sakitan dan sering mengigau tak karuan setiap jam 01.0 dini hari. Sudah 3 hari ini adikku mengigau tepat jam 01.00 dini hari. Akupun seringkali tidak tidur, mengigat kondisi adikku semakin parah, sementara Ayahku juga tidak sanggup mencarikan kami nafkah lagi kecuali hanya mengandalkan gaji pensiunannya sebagai guru SD, itu disebabkan karena dia sudah cukup umur untuk tidak bekerja keras demi menjaga kesehatannya juga. Akupun tertidur disamping Adikku yang keadaanya terlihat membaik setelah kukompres. Pagi harinya adikku seperti sangat bugar, namun ada satu hal yang membuatku merasa perih ketika pagi itu adikku melihat sebuah iklan masakan, dia terus menunjuk-nunjuk masakan itu sambil bilang mau makan begitu, hingga adikku mengulang kata-katanya 3 kali maka akupun memberikan isyarat, bahwa pulang dari sekolah nanti aku akan singgah membelikannya diwarung disamping sekolah, Fahrepun sangat senang melihatku memberikan isyarat itu. Dengan sarapan yang ala kadarnya dia terlihat bersemangat makan seolah-olah dia tidak pernah sakit tadi malam.


Kulangkahkan kaki ke kamar kuambil sebagian isi tabunganku untuk menyenangkan hati Adikku yang begitu kucintai, yah pulang sekolah nanti Aku akang singgah membelikan Bakso granat diwarung mang Ujank orang Sunda itu. Sebelum berangkat kesekolah adikkupun tertawa dan terlihat sangat riang, dia terus mengingatkan makanan yang sangat ingin dimakannya karena melihat iklan masakannya di TV. Akupun tertawa dan mengusap kepala adikku. Diapun mencium tanganku sambil memelukku, hatiku terenyuh karena tak biasanya Fahre seperti itu. Tapi aku fikir Fahre terlalu senang karena aku akan membelikan Bakso granat untuknya, dia memberiku kado kecil yang membuatku sedikit kaget, namun tidak langsung kubuka kado tersebut, aku bertanya dengan memberinya isyarat bahwa kado itu untuk apa? Diapun menarikku melihat kalender, Ya ampun ini tanggal 10 february “yah hari in adalah ulang tahunku”. Hatiku membatin. Akupun balik mememeluk Adikku. Tak terasa air mataku meleleh, meskipun dengan segala keterbatasannya Adikkupun mengingat hal yang satu ini, membuatku begitu sangat menyayanginya. Fahrepun tersenyum dia melambaikan tangan saat aku keluar dari pintu rumah. Lambaian yang membuatku menitikkan air mata perih, seakan tak ingin rasanya aku kesekolah hari ini karena ingin bersama Fahre dan ayah dirumah saja.

Namun kukuatkan hati itu dengan membalas lambaian Fahre itu diiringi senyum simpul namun perih. Selama pelajaran berlangsung dikelas, hatiku tidak tenang memikirkan Fahre dan makanan pesananya. Aku tidak konsentrasi mengikuti pelajaran, hatiku terus berdebar-debar entahlah apa yang membuatku seperti ini, tidak seperti biasanya aku merasakan hal ini. Sesekali terlihat orang yang duduk dibarisan paling depan bangku nomor dua dari sebelah kanan berbalik kearahku namun tak jua aku hiraukan balikan tersebut. Hingga jam 13.00 Bel tanda pulangpun berdering, dengan tergesa-gesa aku berlari keluar dari ruangan kelas bergegas kewarung Mang Ujank Untuk membeli pesanan Adikku.

“Cepat yah Bang,! Ucapku tergesa-gesa “Iya neng, sabar pisan atuh, logat Sundanyapun keluar. Setelah membayar bakso granat pesanan Fahre tersebut, belum sempat aku berbalik, tiba-tiba terdengar orang berteriak-teriak menangis sambil berhamburan, lari….lari…lari….Lokon meletus, aku terhenyak, Aku berlari kearah teriakan itu teringat Fahre dan Ayahku yang berada di rumah. Akupun menangis sejadi-jadinya sambil berlari menabrk haluan orang yang berlari karena menghindari kawah Tompaluan dari gunung Lokon, namun ternyata dibalik kehisterianku seseorang malah mengejarku, akupun berlari seperti kesetanan karena memikirkan Fahre dan Ayahku yang masih berada di rumah. Aku memikirkan fahre yang tuli, dan Ayah yang tidak bisa bergerak. Air mataku menetes, dan bakso pesanan adikkupun masih berada digenggamanku. “Kayla !” teriak sesorang dari belakang. Entah apa yang terjadi ketika semuanya menjadi gelap, tubuh itupun meraihku.


Setelah sadar akupun histeris memanggil nama Fahre dan Ayahku, Seorang laki-lakipun menenangkanku, Laki-laki itu adalah Edy. Kayla, Kayla sadar Kayla tangan itu mengguncang tubuhku ternyata Aku berada disebuah kamar kecil namun bersih dan rapi. Tubuh itupun memelukku karena melihatku terisak seperti orang kesetanan. Akupun memanggil-manggil nama Fahre dan Ayahku, dan lagi-lagi Edy menenangkanku dengan memelukku erat-erat dan membenamkan wajahku didadanya. Setelah tenang akupun berlari keluar tanpa mempedulikan keadaan sekitar, Edypun mengejarku. Aku berlari sekencang-kencangnya karena ingin sampai dirumah, Bakso Adikkupun masih kugenggam namun sudah dingin, rasanya ingin cepat sampai dirumah dan melihat Fahre makan dengan lahap. Pelukan Fahre masih terasa dan lambaiannya masih terekam jelas diingatanku tadi pagi. Edypun berlari mengikutiku namun lariku masih lebih kencang sehingga dia hanya menyusulku. Belum sampai di rumah jantungkupun berdegup kencang terlihat rumahku seperti berasap dari kejauhan karena kawah Gunung Lokon, akupun menangis sejadi-jadinya. Kulihat pintu rumah terbuka dan dilantai setinggi lutut masih ada kawah namun sudah tidak panas lagi. Aku berhambur dikamar Fahre namun Fahre tidak ada dikamarnya. Setelah masuk dikamar almarhum ibu, aku hampir pingsan terlihat Fahre dan Ayahku baring berhadapan terendam kawah panas itu. Tangiskupun pecah, masih kupegang bakso dari Mang Ujank pesanan Fahre, terekam dipelupuk mataku Fahre menunjuk iklan masakan yang dilihatnya tadi pagi. Terekam dibenakku Fahre memelukku dan lambaian tangannya masih bermain dipelupuk mataku. Kini tak ada lagi siapa-siapa dalam hidupku. Ayahku. Ibuku bahkan adik semata wayangku kini telah meninggalkanku, dera tangiskupun masih terus terdengar saat pemakaman Fahre dan Ayahku.
Seperti semua semangat hidupku hilang begitu saja tersapu gelombang penderitaan ini. Edy masih setia menemaniku disela isak tangisku. Dia terus menghiburku hingga masa berkabung 7 hari itupun lewat. Selama itupun aku tinggal dikotsan Edy sementara Edy bermalam disebelah kostnya. Belum bisa aku melupakan kesedihan ini, saat kuraih tas sekolahku kulihat kado Fahre masih belum aku buka. Dengan terburu-buru aku membuka hadiah ulang tahun dari Adikku itu. Sebuah surat dan sebuah bola dari anyaman daun kelapa yang masih hijau berada didalam kotak itu. Akupun kembali menitikkan air mata, kubuka surat itu perlahan-lahan, Aku kaget melihat tulisan fahre yang sangat rapi dan indah dan kata-katanyapun seperti orang yang pernah mengenyam pendidikan disekolah..akupun membaca surat itu…

Dear Kakakku yang tercinta,,

Mungkin Kakak tidak pernah percaya kalau aku bisa menulis, dan mungkin tidak percayanya lagi tulisan Fahre lebih indah dari tulisan kakak yang seperti cakar ayam itu. Hehhehe jangan cemberut dong kakak, masa dihari ulang tahun kakak yang begitu indah ini kakak harus bersedih seh. Fahre cuman mau bilang kalau Fahre sangat sayang sama Kakak. Fahre ingin lindungi Kakak sampai tetesan darah penghabisan sekalipun. Fahre ingin melihat suatu hari nanti Kakak bisa sukses meskipun harus bersusah payah. Aku tahu Kakak adalah orang yan paling tegar di dunia ini, makanya Fahre sangat sayang sama Kakak, Kakak selalu memperhatikan Fahre setiap saat. Tapi Kakak harus janji yah Kalau misalnya Fahre tidak temanin Kakak lagi nantinya, Kakak janji yah sama Fahre, Kakak harus semangat, makan yang banyak, selalu ceria kayak dulu. Jangan sedih lagi yah Kak.
Oh iya hampir lupa itu bola dari anyaman bambu, masih ingatkan kalau kakak pernah ajarin aku buat bola itu? Yah aku sudah bersusah payah mengulanginya hingga bola kesepuluh baru hasilnya sebagus itu. Seperti ulang tahun Kakak Kan hari ini tanggal 10? Hmmm Fahre berharap dihari yang indah ini Kakak tidak bersedih, Ayo dong kak tersenyum. Fahre pingin lihat senyum Kakakku tercinta untuk yang terakhir kalinya. Semoga Allah melindungi Kakak. Fahre akan selalu merindukan Kakak di manapun Fahre berada. Peluk cium selalu dari Adikmu. Aku sayang padamu Kak.
Adikmu
    Fahre

“Aku juga sangat menyayangimu Adikku, batinku”. Kulipat Surat itu rapat-rapat dan kusimpan didalam kotak kecil semula bersama bola dari daun kelapa itu. Yah Adikku dan Ayahku pergi meninggalkanku di hari ulang tahunku. Air matakupun menetes tak terperikan lagi. Dalam tangis itu kukirimkan doa untuk mereka yang telah mendahuluiku. Adikku, Ayah, Ibu, semoga kalian bahagiah disisiNya. Aku akan merindukan kalian. HasbunAllah wani’mal wakiel, ni’mal maula wani’mal nnasier (Cukuplah Allah yang menjadi sebaik-baik penolong).
Kutulis cerita ini terinspirasi dari Meletusnya Gunung Lokon di Menado-Sulawesi Utara pada tanggal 10 February 2012. Kawah tompaluan pada Gunung Lokon merembes ke arah Tenggara sejauh 2000m mengenai kota Tomohon.

karya nur samawiah



Tidak ada komentar: