MY SPIRIT

KADO TERINDAHKU DI TAHUN BARU INI ADALAH KAMU SUAMIKU MY LIFE MY SPRIT, I LOVE YOU SO MUCH

Senin, 08 Juni 2015

SEJERNIH EMBUN CINTA KASIH ADIKKU

Karya: Nur samawiah


Pagi yang indah mengingatkanku pada sebuah kenangan kecil di dekat pantai Losari. Kenangan yang tidak pernah aku lupakan bersama seseorang yang begitu berarti dalam hidupku. Orang yang selalu berceloteh tanpa jelas dengan mulut cadelnya, mulutnya yang begitu bawel membuatku merasa selalu merindukannya. Entah mengapa dan kenapa aku baru merasa merindukannya, dan begitu menginginkannya hadir dalam hidupku lagi. Yah Kasih sayang adikku begitu tulus sehingga aku selalu lupa betapa dia sangat berarti di hidupku. Namun semua tinggal kenangan. Kenangan yang dulu tidak akan pernah ada, namun hanya bermain-main dipelupuk mataku, hingga tak terasa setetes embun kembali jatuh disudut bola-bola mataku yang sendu.

Nama Lengkapnya Rizki Kurniawan, dia lahir di Bulan Maret 1994. Aku lebih tua 2 tahun darinya karena aku lahir di bulan juli 1992. Seperti biasa karena sudah tidak memiliki seorang Ibu, pagi-pagi adikku akan menggantikan semua pekerjaan ibu sementara aku hanya santai-santai saja di dalam kamar tanpa pernah memperdulikan apa yang sedang adikku kerjakan dan berapa banyak tenaga yang dia  habiskan pagi ini untuk menyiapkan segala persiapan mulai dari sarapan, mengisi bak mandi, mengepel dan menyapu. Semua Dia lakukan tanpa mengeluh, tanpa merasa bosan, tanpa merasa jenuh dan selalu disela-sela kesibukannya dia tak lupa untuk mengetuk kamarku untuk mengajakku sarapan bersama ayah dan juga dirinya.

“Kak, sarapan yuk makanannya udah adik siapakan tuh diatas meja. “Makan saja dulu nanti kakak nyusul” jawabku dari dalam kamar tanpa membuka pintu.

Terdengar langkah kakinya menjauh dari kamar, akupun bergegas keluar dari kamar dan mendapati adikku sedang bersantap sarapan ala kadarnya bersama ayah.

Akupun mencibir makanan diatas meja itu, hanya tahu, tempe dan sepiring ikan kering, yang membuatku tidak nafsu banget menyentuh makanan pagi ini.
“Ayo kak sarapan dulu baru ke sekolah, ajak adikku.

“Ogah,,makanan kayak gitu bikin perut aku mules, gak nafsu tau liyat makanannya”
“Gak boleh bilang begitu kak, kita kan harus bersyukur masih bisa makan kak”

“Alah,,jangan banyak bacot, saya gak suka dengan ceramah garing kamu pagi-pagi begini, Bete’ tau”!!! Ayo mana uang jajannya pak? Saya mau berangkat sekolah, babatku ceplas-ceplos tanpa ampun, meski itu adalah orang tuaku, bahkan sama orang tuapun aku tidak tau menjaga sikap, bagaimana dengan adikku yang pada saat itu umurnya lebih mudah 2 tahun denganku.

“tidak ada nak, bapak belum terima gaji, sabar saja dulu nanti kalau sudah terima gaji pasti bapak kasih jajan lagi deh.

Bapakku adalah seorang pekerja bangunan dia adalah buruh yang tidak digaji tiap hari, begitulah yang membuat hidup kami bertiga sangat menderita. Rasa-rasanya dunia serasa seperti neraka.

“alah bapak, terus di sekolah Nita mau jajan apa? Tanyaku dengan nada meninggi, namun tetap tidak dijawab bapakku yang tengah asyik menikmati sarapan paginya.

“sudah kak ini Adik masih punya uang dari hasil penjualan sapu lidi kemarin, ambil saja ini buat jajan kakak”

Akupun merampas uang itu dari tangan adikku, tanpa ampun sampai mencakar tangan adikku sehingga terlihat memerah. Tapi apa yang dilakukan adikku? Dia hanya tersenyum melihat tingkahku. “eh..kakak adik salim dulu sama kakak, sambil meraih tanganku dan menciumnya, belum sampai wajahnya mencium tanganku, langsung saja aku tarik tanganku dengan paksa.

“apa-apaan ini? tidak usah cium-cium tangan saya nanti kotor. Lagi-lagi adikku tersenyum sambil berkata, “Hati-hati yah kak, belajar baik-baik :D (emoticon smile). Aku berlalu dengan muka ditekuk tanpa mengucapkan sepatah katapun.


4 tahun sudah berlalu semenjak kepergian ibu, ayahpun akhirnya  menyusul ibu juga, aku merasa hidup ini begitu susah, namun berkat kerja keras adikku menjadi seorang buru bangunan, aku bisa duduk di bangku pendidikan sampai  semester 3 di salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Makassar. Namun sifat kasarku dan cara bicaraku yang tidak sopan tidak bisa aku rubah sedikitpun, terlebih-lebih saat bicara dengan adikku sendiri. Kalau dengan orang lain aku bicaranya pasti pelan tapi kalau dengan adikku, aku berbicara seperti cara bicara malaikat mungkar dengan penghuni neraka, itu hanya perumpamaan kalau betapa kasarnya aku pada adikku yang begitu tulus mencintaiku. Aku tidak pernah melihat ketulusan hati itu, aku tidak pernah menghargai pengorbanannya untukku. Entah apakah tuhan sudah membutakan hatiku sehingga tidak bisa sedikitpun melihat kebaikan yang ada dalam diri adikku.

Hingga suatu ketika, aku dipanggil karena belum melunasi uang SPP semester empat. Hal itu membuatku tidak bisa tidur. Tengah malam sudah berlalu aku belum bisa sedikitpun memejamkan mataku karena takut tidak bisa melanjutkan pendidikan kesemester selanjutnya. Akupun punya ide, aku ingat kalau adikku punya tabungan yang dia sembunyikan didalam tanah dekat pintu belakang. Akupun berdiri sambil mengendap-ngendap, kugali-gali tanah yang ada didepan pintu belakang. Ternyata tidak begitu susah karena lubang galiannya tidak terlalu dalam, kutarik perlahan-lahan kantong-kantong kecil tersebut dan kurabah-rabah isinya. Lumayan isinya uang kertas semua, tidak ada recehan.
Aku bergegas ke kamar dan membongkar kantongan tersebut di atas kasurku. Hatiku melonjak senang, betapa tidak, ternyata tabungan adikku isinya sangat banyak, cukup untuk melunasi SPP ku dua semester sekalipun. Pelan-pelan kuambil semua uang tersebut kemudian kusembunyikan disela-sela bukuku. Kantongannya tidak aku kembalkan tapi kubuang jauh-jauh dari rumah pada keesokan harinya, sehingga adikku tidak tahu kalau uangnya sudah raib diambil oleh kakaknya sendiri. Kakak yang tidak berperasaan, kakak yang begitu mementingkan kepentingan prbadinya, kakak yang tidak pernah mau mnegerti penderitaan adiknya, kakak yang tidak pernah menyesali perlakuan kasar yang dilakukan pada adik semata wayangnya itu. Semua berlalu seperti tidak ada yang terjadi. Kosong, hampa dan tak ada apa-apa sekalipun suara jangkrik membelah pekatnya malam.


Sore itu sehabis pulang kuliah, aku sangat capek karena seharian beraktifitas di kampus sehingga membuatku sangat penat dan tidak bergairah. Kulangkahkan kakikku dengan perasaan gontai, perutku sudah keruyukan minta diisi karena sedari pagi tadi belum ada sedikitpun yang menjanggalnya. Aku bergegas menyimpan tas di kamar dan segera ke dapur. Tiba-tiba diatas meja aku melihat secarik kertas yang bertuliskan

“Kakakku yang cantik, sudah pulang yah? Pasti kakak lapar banget, J . Oh iya adik tadi pagi masak makanan kesukaan kakak, dimakan yah kak, semoga kakak senang makan masakan adik” salam sayang kakakku. Jangan suka marah-marah yah .

Kubuka penutup makanan diatas meja, tercium aroma yang menggugah selera. “wah ayam panggang kesukaanku neh” batinku. Akupun makan dengan rakus dan sangat lahap. Entah tiba-tiba saat nasi dipiringku tinggal beberapa suap lagi, ada perasaan yang begitu menyesakkan dalam dadaku. Perasaan yang arahnya entah dari mana. Aku tidak tahu apa yang terjadi denganku. Tak terasa air mataku meleleh, aku teringat dengan adik semata wayangku. Apakah dia sudah makan? Sedang apakah dia di tempat kerjanya? Apakah dia tidak lelah seharian bekerja hanya untuk membiayai kulyahku. Membiayai kuliyah seorang kakak yang tak pernah peduli kepadanya, seorang kakak yang telah merampas waktu-waktu istrahatnya, seorang kakak yang tak secuilpun mau memikirkan pengorbanan adiknya.

Akupun menangis meraung-raung, ingin rasanya adikku cepat pulang dan tiba di rumah, maka aku akan mengasihinya dengan sepenuh hati, aku tidak akan membentak-bentaknya, aku akan membantunya membereskan pekerjaan rumah, aku akan ikut membanting tulang meringankan penderitaanya demi membiayai kuliahku yang hampir putus di tengah jalan.

Entah kenapa aku begitu gelisah menunggu kepulangan adikku, biasanya jam segini sudah pulang dan langsung membereskan sisa-sisa piring kotor bekas makanan kakaknya yang tidak tau diri itu di atas meja. Sudah sore begini dia belum juga menampakkan batang hidungnya.

Rasanya aku ingin berlari dan menyusul dimana adikku bekerja, tapi aku tidak tahu dimana aku harus menyusulnya, tempat kerjanya saja belum pernah aku lihat karena terlalu asik dengan urusan pribadi saya. Aku sungguh sangat menyesal, hatiku begitu perih. Air mataku terus-terusan meleleh. Hatiku sangat gelisah, aku sangat-sangat merindukan adikku kembali saat ini ke rumah. Sholat maghribpun berlalu dan adikku belum juga menampakkan batang hidungnya. Tak sedikitpun aku bernafas dengan perasaan nyaman, dadaku semakin sesak. Ingin rasanya aku berlari dan terus berteriak memanggil nama adikku, rasanya aku seperti ingin gila karena menyadari selama ini kesalahan-kesalahan yang pernah kuperbuat kepada adik yang begitu tulusnya mencintaiku. Namun aku hanya membalasnya dengan keegoisan, kejahatan , iri hati, dengki dan tanpa perasaan belas kasihan.

Terdengar pintu diketuk seseorang, aku fikir dia adikku, maka tanpa berfikir panjang aku melompat dari atas ranjang dan bergegas membuka pintu dengan perasaan was-was..

“Nayla, ini buku kamu yang aku pinjam tadi pagi,”
Ternyata itu adalah zakiyyah yang meminjam catatan Biologiku tadi pagi,
“Iya makasih za, kamu masuk dulu di sini biar aku bikinkan kamu teh dulu”
“Gak usah Nay, aku buru-buru kakakkaku sudah menunggu aku di mobil”

Zakiyyah berlalu kemudian kurapatkan pintu perlahan-lahan masih dengan perasaan was-was yang tiada taranya karena sangat kefikiran dengan adikku. Akupun berjalan tertunduk lesu menuju kearah kamarku. Namun tiba-tiba aku kembali tertegun kulihat kamar adikku tertutup rapat-rapat tanpa adanya tanda-tanda kehidupan dari dalam kamar tersebut.
Kulangkahkan kaki kearah kamar yang tidak pernah sedikitpun aku pedulikan selama ini, menyentuh pintu kamar itu aku merasa sudah jijik apalagi kalau harus masuk kedalam kamar tersebut.

Tapi entah kenapa hari ini aku sangat ingin masuk kedalam kamar tersebut. Kuputar gagang pintu kamar adikku perlahan-lahan. Aku sedikit heran, ternyata didalam kamar tu terlihat sangat adem, dengan cat yang berwarna biru langit, semua keadaan kamar tertata dengan rapi, dan yang paling membuatku sesegukan di kamar itu tertempel begitu banyak foto-fotoku, ada juga foto ayah dan ibu, tapi fotoku jumlahnya lebih banyak daripada jumlah foto ayah dan ibu bahkan lebih banyak dari foto adikku sendiri yang memiliki kamar ini.

Aku melirik ke atas meja adikku terlihat begitu banyak buku-buku pelajaran yang belum pernah aku jamah sebelumnya, jangankan aku jamah mengerti dengan bahasa bukunya saja sedikitpun tidak. Aku hanya sedikit tahu kalau buku-buku itu berbahasa Jerman, karena terlihat jelas tulisan “Deutchkur” yang menandakan itu adalah buku yang berbahasa Jerman. Aku terheran-heran dengan semua ini, aku fikir adikku tidak sebego yang aku kira.

Aku melihat ada kotak sepatu yang belum terlalu usang, perlahan-lahan kubuka kotak itu, ternyata isinya buku dengan tulisan sampul depan
 “Aufzeichnung taglich(Catatan Sehari-hari)”. Aku buka buku itu perlahan ternyata itu diary adikku. Berikut adalah diary yang ada di dalam buku adikku itu

25 Mei 2011
Aku selalu berharap kakak akan senang jika aku siapakan sarapan, Tapi pagi itu kakak marah karena aku hanya menyediakan lauk tempe, tahu dan ikan kering yang sudah digoreng. Aku sangat kasihan dengan kakak. Memang kakak tidak cocok makanan seperti ini, di akan alergi makan ikan kering, karena badannya akan gatal-gatal. Mulai saat ini aku berjanji akan mencari uang yang banyak biar kakak bisa makan yang enak dan tidak alergi lagi. Aku begitu mencintai kakak. Aku ingin melihatnya sukses

30 juni 2011
Kasian, kakak terlalu kecapean sampai-sampai badannya panas banget, aku tidak tega karena semalaman kakak tidak siuman dari tempat tidur, kupegang dahinya dan panasnya menusuk di tanganku. Hatiku perih semalaman aku sholat dan berdoa di samping tempat tidur kakak, semoga kakak cepat sembuh. Aku tidak rela kalau kakak sakit, aku tida rela melihat kakak terbaring lemah dan tidak pernah makan mulai dari tadi pagi. Ingin rasanya aku memeluk kakak, tapi aku takut kakak bangun dan marah kepadaku. Aku hanya mencium kakak dan tidak terasa air mataku meleleh betapa aku sangat menyayangi kakakku meskipun dia tidak pernah peduli denganku. Kak, cepat sembuh yah…!11L

1 Juli 2011
Aku sedih melihat kakak menangis, ayah tidak punya uang untuk membelikan kakak tas baru, semalaman dia mengurung diri di kamarnya karena sangat menginginkan tas baru. Kugali celengan yang ada didepan pintu belakang, kuhitung perlahan-lahan uang itu, ternyata itu cukup untuk membeli tas baru yang diinginkan kakak. Aku bergegas dan berlari sekncang-kencangnya untuk membeli tas itu.
Saya sangat bahagiah melihat kakak memakai tas baru itu. Mata kakak terlihat berbinar-binar karena sudah punya tas baru. Tak henti-hentinya kaka memuji tas baru tersebut. Saya tersenyum senang melihat kakakku tersenyum. Aku juga ikut bahagiah kak melihatmu bahagiah J

8 Juli 2011
Hari ini ulang tahun kakak, aku belikan dia jam baru. Aku tidak berani memberikan jam itu kepada kakak. Jadi jam itu aku bungkus kemudian aku paketin. Saat aku melihat kakak memakai jam itu aku buru-buru masuk kamar dan menangis sesegukan. Betapa kakak sangat menyukai pemberianku, bahkan setiap jam itu lepas dan dia lupa mengambilnya, kakak akan kalang kabut mencari jam tersebut. Aku senang kakak menyukai pemberianku, betapa aku sangat bahagiah melihat kakakku bahagiah. J

3 agustus 2011
Aku sedih bapak meninggalkan aku dengan kakak. Kulirik kakak yang sedang menangis karena kepergian bapak. Entah kenapa aku lebih sedih melihat kakak menangis dibandingkan dengan aku sedih karena kepergian bapak. Aku tidak berani memeluk kakak, takut nanti kakak marah dan malu karena dipeluk aku. Aku hanya menenangkannya dengan kata-kata. Kakak terlihat mulai tenang meskipun sesekali melamun karena shock dengan kepergian satu-satunya tempat bergantung kami.

31 agustus 2011
Aku kalang kabut, saat kugali tanah yang ada dipintu belakang uang yang aku kumpulkan setengah mati untuk membayar SPP kakak hilang, raib entah kemana. Aku sangat bersedih. Kubayangkan kakak dikeluarkan dari universitas karena tidak bisa membayar SPP, padahal dengan susah payah kukumpulkan uang itu selama berbulan-bulan. Aku harus bagaimana lagi, kemana aku harus mencari uang sebanyak itu dalam waktu dekat ini. Aku semakin depresi saat aku pergi ke kampus kakak, ternyata dalam 2 minggu kakak tidak membayar SPP maka dia akan dikeluarkan dari Universitas.

Aku teringat dengan sekotak perhiasan yang pernah ibu titipkan kepadaku. Kuambil sebuah kalung dari ibu dengan berat sekitar 10gram dan menjualnya demi membayar SPP kakak. Alhamdulillah aku bisa memberikan kakak uang SPP untuk 3 bulan kedepannya. Sisanya aku akan membuatkan kakak besok ayam panggang. Semoga kakak bahagiah J.

Aku tertegun, betapa jahatnya aku selama ini. Akulah yang mencuri uang adikku yang ada di depan pintu belakang. Karena aku adikku menjual perhiasan warisan dari ibu. Betapa rendahnya aku dibandingkan dengan ketabahan yang adikku miliki. Dia begitu memperhatikan semua kebutuhanku, hidupku, bahkan mengorbankan dirinya sendiri demi membiayai semua keperluanku dan kesuksesanku. Tapi semua itu baru aku sadari, aku sangat menyesal andai adikku tiba di rumah sekarang, aku akan memeluknya erat-erat dan tidak akan menyia-nyiakan pengorbanannya lagi dan besok aku akan mengajaknya bermain-main dipinngir pantai Losari sambil memancing seperti ketika ayah dan ibu masih hidup.

Aku hanya bisa menitikkan air mata karena sudah tengah malam adikku belum juga muncul. Aku tertidur di kamar adikku, mataku sembab namun aku tidak sanggup menahan letih karena menangis seharian. Hingga sekitar jam 3 subuh, aku merasa ada seseorang yang mengelus-ngelus kepalaku. Perlahan-lahan meskipun sangat samar kubuka mataku yang terasa berat karena tidak sempat cuci mata sewaktu tidur.

“Kak,!! Hanya suara itu yang aku dengar
Aku langsung terlonjak dan memeluk tubuh itu erat-erat, tak ada kata yang sempat aku keluarkan selain hanya rindu ingin memeluk sosok pahlawanku selama ini. Aku tumpahkan semua air mata di bahunya, bahunya begitu kekar karena pekerjaan berat yang selama ini dijalaninya.

“Adikku maafkan kesalahan kakakmu selama ini, aku sangat menyayangimu L” batinku.
Seolah-olah terjadi dialog batin antara aku dan juga adikku
“sudahlah kak, jangan menangis yang berlalu tidak perlu disesali, aku disini kak menemanimu, aku sangat sayang juga sama kakak.”
Tangisku semakin menjadi-jadi, hingga aku tidak sadarkan diri dan terus tertidur hingga sayup-sayup ada suara ribut-ribut dari luar yang menyadarkanku dari tidur yang begitu melelahkan..

“Nayla…Nayla,, terdengar seseorang meneriakiku dengan teriakan brutalnya
“iya ada apa?
“Nayla, adikmu,!!!!
“Iya kenapa dengan Rizki?
“Tadi malam waktu ada tambahan lembur, dia tertimpa papan dari lantai delapan dan tidak pernah sadarkan diri. Dari tadi malam dia sudah tidak sadarkan diri di rumah sakit. Maaf kami baru sempat kesini soalnya banyak pekerjaan dan kendaran sangat susah diusahakan sampai kesini
Aku merasakan bumi tempat berpijak seperti runtuh, semua seperti kiamat, semua tinggal kenangan. “Aku mennagis dan tak berhenti hingga tidak sadarkan diri.

Berkali-kali kupanggil nama adikku, ternyata tadi malam itu hanya ilusi, atau betul adikku memang datang tapi itu bukan adikku yang sebenarnya.
“Hatiku kabut, sedih, pilu, mengharu biru bercampur menjadi satu. Semua berkecamuk di dalam dadaku dan terasa sesak, disaat aku menyadari kesalahanku, disaat aku ingin memperbaiki kesalahanku, disaat aku mulai menyayangi adik semata wayangku, disaat semua ingin aku rubah menjadi lebih baik, namun Tuhan punya takdir yang lain, dia telah menyusun scenario kita dalam tetapanNya, tak ada yang bisa mengubahnya jika dia sudah datang.
Begitu pula dengan kepergian adikku, tak ada yang bisa menolaknya. Aku teringat dengan lantunan lagu OPICK
“Bila waktu telah berhenti, teman sejati tinggallah amal, bila waktu telah terhenti teman sejati tinggallah sepi”

Bukankah dalah surah Ali Imran ayat 185 mengatakan
“Kullu nafsing dzaaikatul maut”
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mengalami yang namanya kematian”

Dan itulah yang telah adikku alami, entah esok ataupun lusa aku, kamu dan kita semua akan mengalami hal yang sama. Jadi bersiap-siaplah mempersiapkan bekal akhirat  yang jauh lebih penting daripada bekal dunia.

Semoga kalian yang membaca bisa meneladani sifat dari adikku, kalian yang sabar akan selalu bersama dengan yang Maha Sabar. Kalian yang penyayang akan senantyasa membukakan fikiran bagi jiwa-jiwa yang keras sepertiku. Yang penyayang akan sentyasa menjadi yang tersayang. Jika anda ingin disenangi dan disayangi amalkanlah surah Ar-rahman dan al-waqiah setiap selesai sholat maghrib dengan shoat subuh Insya allah Barokallah fiy kum.

NB:
Terimakasih untuk seseorang yang namanya telah kuabadikan dalam cerpen ini, semoga suatu hari nanti kita akan tetap mempererat silaturrahmi. Semoga dirmu selalu dalam limpahan Rahmat, Taufik dan KaruniaNya.

Makassar, 13 september 2012

Tidak ada komentar: