On a
Weagon bound the market
There’s
a calf with a mournful eye
High
above him there’s a swallow
Winging
swiftly through the sky
How the
winds are laughing
They
laugh with all they might
Laugh
and laugh the whole day through
And half
the summers night
(Chorus)
Donna
Donna Donna Donna
Donna
Donna Donna Don
Donna
Donna Donna Donna
Donna
Donna Donna Don
“Stop
complaining!” Said the farmer
Who told
you a calf to be?
Why
don’t you have wings to fly with
Like the
swallow so proud and free?
Calves
are easily bound and slaughtered
Never
knowing the reason why
But
whoever treasures freedom
Like the
swallow has learned to fly
Ini adalah terjemahan versi saya untuk Donna
Donna-nya Joan Baez :
Di sebuah gerbong yang membatasi pasar
Ada seekor anak sapi dengan mata yang
berduka.
Jauh tinggi diatasnya ada seekor burung
layang layang,
mengepakkan sayap dengan cepat melintasi
angkasa.
Betapa angin angin itu tertawa,
mereka tertawa sekuat mereka.
Tertawa dan tertawa sepanjang hari,
serta separuh malam musim panas.
Donna Donna Donna Donna,
Donna Donna Donna Don,
Donna Donna Donna Donna,
Donna Donna Donna Don.
“Berhentilah mengeluh!”,kata si Petani.
Siapa suruh jadi anak sapi?
Kenapa tak kau punyai sayap untuk terbang?
Seperti burung layang layang, sangat bangga
dan bebas.
Anak anak sapi mudah diikat dan dibunuh
tanpa tahu alasannya
Tapi siapapun yang mencari kebebasan,
seperti burung layang layang, harus belajar
terbang.
###Ini dari wiki
Dona-dona adalah lagu yang sempat dibumikan
di negri merah putih ini, tepatnya pada film Gie pada tahun 2008, yang
digambarkan sebagai lagu kesukaan Soe Hok Gie. Lagu ini menggambarkan teriakan
anak sapi yang terkekang di atas kereta yang akan di bawa ketempat pembantaian,
dan anak sapi ini adalah sang penulisnya yang hidup pada masa kejayaan Nazi di
jerman. Dona-dona sama dengan Dana Dana, dikenal juga sebagai Dos Kelbl,
yaitu The Calf atau Anak Sapi. Dan dalam kamus yahudi dona adalah nama lain
dari Adolai yaitu nama lain dari yahudi untuk memanggil-manggil Tuhan mereka.
Lagu ini diterjamahkan dari
bahasa Yiddish yang ditulis oleh Aaron Zeitlin dan
dikomposeri oleh Sholom Secunda yang berjudul Dana. Aaron
Zeitlin (1898-1973) sendiri adalah anak dari sastrawan Yahudi, Hillel
Zeitlin, tulisanya tentang sastra Yiddish, puisi dan para psikologi.
Sedangkan Sholom Secunda (1894-1974) adalah seorang komposer Yahudi
kelahiran Ukraina yang mengenyam pendidikan di Amerika. Dan diterjemahkan
kedalam berbagai bahasa, Prancis, Ibrani, Jerman, Jepang, Rusia dan Inggris.
Untuk bahasa inggris, pada mulanya
diterjemahkan oleh sang komposernya sendiri Sholom Secunda, dengan mengganti
kata “Dana”, menjadi “Donna”. Namun terjemahannya membuat lagu ini seakan tidak
terlantunkan lagi. Sampai di pertengahan 1950-an lirik lagu ini diterjemahkan kembali
oleh Arthur Kevess dan Teddi Schwartz. dan menjadi populer setelah dinyanyikan
oleh Joan Baez pada tahun 1960.
Dalam salah satu penggalan liriknya “On a wagon bound for market/
there’s a calf with a mournful eye / High above him there’s a swallow / winging
swiftly through the sky. Menggambarkan anak sapi yang didalam
satu kereta kuda yang menuju ke pasar; dengan mata berduka; diatasnya ada
burung; terbang cepat mengarungi langit. Sedangkan sapi itu menuju ketempat
penjagalan. Sapi tersebut iri kepada burung-burung yang bisa terbang bebas dan
kebebasan atas segala-galanya tanpa kekangan dengan jiwa yang merdeka.
Latar belakang penulisan lirik asli lagu ini
tidak luput dari pengalaman penulisnya yang merupakan anak seorang Yahudi
keturunan Khazar dari negara Khazaria, terletak diantara Laut Hitam dan Laut
Kaspia yang sekarang dimiliki oleh negara Georgia. Pada waktu itu ia
menggambarkan kejadian ayah kandungnya yang diseret oleh tentara Nazi untuk
dibawa ke kamp konsentrasi Yahudi. Ia tidak bisa berbuat banyak, kecuali
bersembunyi dibalik dinding-dinding. Dan menulis kejadian yang dialaminya dalam
buku hariannya setelah beberapa waktu.
Dalam catatanya, sang tani membawa sapi-sapi
(yahudi) bukan untuk diperkejakan tapi untuk dimusnahkan. Karna sapi merupakan
keyakianan penguasa saat itu yang ambigu antara mitos dan realita yang akan
meruntuhkan singgasananya. Dan kemudian catatan ini di jadikan lagu teater
Yidish. Dan Yidish sendiri adalah sebuah bahasa kelas atas Jerman yaitu bahasa
Yahudi Ashkenazi.
###According to me
Saya tahu, saya tidak dapat memberi
penafsiran yang tepat untuk lagu ini. Saya sama sekali tidak tahu apa yang
pencipta lagu ini rasakan, juga apa yang ingin dia sampaikan waktu menulis lagu
ini. Apa yang saya tulis disini hanya sebatas penafsiran pribadi. Apa pendatpat
saya tentangnya dan apa yang saya rasakan waktu mendengarnya.
Saya pertama kali mendengar lagu ini ketika
saya menonton film Gie yang menceritakan kisah hdp SOE HOK GIE. Dinyanyikan
oleh Ira (Sita Nursanti), sambil memetik gitar di sebuah malam kesenian. Saya
rasa lagu ini cukup enak didengar, dan saya cukup penasaran dengan liriknya.
Setelah dapat liriknya, saya membacanya dirumah, mencoba mengerti, dan inilah
yang saya dapatkan :
Lagu ini intinya tentang kebebasan. Tentang
hak kita menentukan pilihan. Tentang keharusan kita bergerak, melakukan
sesuatu, bukannya menyerah atau lebih parah lagi pasrah. Lagu ini tentang
ketidakberdayaan, dan bagaimana kita mengubahnya.
Bait pertama lagu ini melukiskan dua sisi,
kelemahan dan kekuatan. Anak sapi mewakili kelemahan, sementara burung layang
layang melambangkan kekuatan dan lebih tepat lagi kebebasan. Yang saya tangkap,
ada perbedaan yang begitu timpang. Si Burung bisa membuktikan diri, punya
kekuatan dan pencapaian. Sementara Si Anak Sapi dihadapkan pada kelemahan
dirinya dan penyesalan terhadap kelemahan itu.
Dalam bait kedua diceritakan, betapa Si Anak
Sapi telah ditertawakan oleh lingkungannya. Terus-menerus, lingkungan Si Anak
Sapi menghinanya atas kelemahannya. Di bait ketiga alias chorusnya, saya kurang
begitu bisa mengartikan apa arti kata Donna. Kalau dilihat dari penulisannya
yang menggunakan huruf kapital di awal, Donna bisa diartikan tempat atau nama
orang. Tapi masalahnya di bait bait selanjutnya, orang atau tempat yang bernama
Donna ini tidak disinggung singgung lagi, pembahasan lagu ini kembali ke Si
Burung dan Si Anak Sapi. Menurut saya, Donna ini hanya semacam bunyi saja. Tapi
entah….
Langsung saja ke bait keempat. Menurut saya,
di bait inilah kita bisa menemukan inti lagu ini. Inti yang sudah saya sebut
sebelumnya. Sebenarnya kita sama sekali tidak diijinkan mengeluh. “Siapa suruh
jadi anak sapi?” Kalimat itu menyatakan bahwa sebenarnya kita punya pilihan.
Kitalah yang menentukan mau jadi Si Burung atau Anak Sapi. Kita yang menentukan
apa yang kita miliki, kalau kita bisa punya sayap dan terbang bebas, kenapa
harus diam terikat? Apa tindakan kita, itulah yang menentukan siapa kita.
Itulah pilihannya, bertindak atau diam, memilih lemah atau kuat dan bebas
seperti burung layang layang? Bait ini menjelaskan kita tidak dipasung takdir.
“Who told you a calf to be?” , bisa juga
diartikan: “Siapa yang menentukan kamu itu jadi anak sapi?” dan saya pikir
jawabannya tidak ada. Tidak ada yang menentukan kita menjadi ini atau itu. Kita
tidak ditentukan, tapi kita mencari. Hidup ini sebuah pencarian, perubahan,
kearah yang lebih baik tentunya. Hidup ini bukan cuma menjalani apa yang
ditentukan, hidup ini juga butuh keputusan, butuh pilihan, mau jadi orang yang
seperti apakah kita?
Dan tentang mengeluh, yang saya tangkap dari
lagu ini, mengeluh itu tidak perlu, tidak penting. Yang penting adalah,
berubah, berbuat, bertindak, memilih yang lebih baik. Sehingga, pada akhirnya
kita bebas, menjadi seseorang yang kita pilih dan kita ingini, dan kita bisa
berbangga untuk itu, seperti burung layang layang.
Bait kelima, menunjukkan kita tak boleh lemah
seperti anak anak sapi yang mudah dibatasi, mudah dihilangkan, dihancurkan
tanpa dia tahu kenapa, dan tanpa dia menyadarinya. Bodoh sekali, lemah tapi
tidak sadar akan kelemahannya, bahkan tidak berbuat apapun untuk mengubahnya.
Tapi segalanya berbeda untuk orang orang yang
menghargai, mau mengerti dan pelan pelan mengumpulkan sendiri kebebasannya.
Dalam lagu ini mereka dia katakan seperti burung layang layang yang sudah
belajar terbang. Mereka orang orang yang telah memilih, telah mengambil
keputusan dan berusaha. Orang orang yang tahu siapa dirinya dan kini telah
mendapat kebebasan dan kekuatannya.
Berikut kutipan dari buku Catatan Seorang
Demonstran yang menegaskan apa arti lagu ini
Calves are easily bound and slaughtered.
Never knowing the reason why
But whoever treasures freedom. Like the
swallow has learned to fly
Intinya, kita tidak boleh menerima nasib
buruk dan mengenggapnya sebagai jalan hidup yang telah ditentukan bagi kita,
pasrah menerimanya sebagai sebuah kutukan…Kalau kita ingin hidup bebas, kita
harus belajar terbang.
Saya sendiri sekarang mencoba mengambil
nasehat yang ada dilirik lagu ini. Bahwa saya harusnya selama ini tidak
menyerah pada takdir ataupun nasib yang seperti membatasi ruang gerakku,
harusnya saya berani menentang arus sejak dulu, mencoba berdiri di atas kakiku
sendiri..Benar kata Soe hok Gie yang jg diselipkan di filmnya "Kalau kita
ingin hidup bebas, kita harus belajar terbang"Selama ini saya sudah
terlalu banyak beristirahat, dan dalam waktu peristirahatan yg lama itu..harusnya
sy sdh punya cukup tenaga untuk terbang lebih tinggi dan jauh lagi, dan
buktikan pada dunia...mimpi itu bukan cuma khayal, tapi setiap mimpi punya
energi yg bisa buat kita berdiri lebih kuat lagi..Saya jd teringat nasehat
novel 5 cm nya Dhonny Dirgantoro..,biarkan jari telunjukmu mengarah dan
mengambang 5 cm dari keningmu agar kau bisa percaya bahwa impian itu ada di
depan matamu, dan simpan baik2 itu disini.., dikepalamu..^___^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar