OLEH: NUR SAMAWIAH
Terinspirasi dari sebuah buku karangan Gobind vashdev
“Happines Inside”. Ada banyak hikmah yang saya peroleh dari buku ini sekalipun
pengarangnya sangat berbeda keyakinan dengan saya sendiri tapi pemikirannya
yang sangat halus dengan sentuhan tulisannya yang sangat lembut telah mengantar
dan melukiskan seribu kebahagiaan dalam diri saya. Yah bahagiah ternyata itu
mudah, bahagiah ternyata itu gampang, bahagiah ternyata tidak perlu harta yang
berlimpah ruah cukup bagaimana kita bersyukur dengan apa yang kita miliki dan
bersabar saat sesuatu yang tidak diinginkan hadir dan ditakdirkan untuk kita.
Bukankah Allah telah berfirman yang intinya begini “kalau kita bersyukur dengan nikmatNya Maka
niscaya Allah akan melipat gandakan nikmat dari rasa syukur kita itu”
Dengan jelas telah Allah tegaskan tentang bagaimana
bersyukur itu, tapi mengapa masih ada yang tidak faham dengan makna yang
tersirat dibalik bersyukur itu sendiri?
Kita setengah mati bekerja agar bisa menjadi karyawan
kebanggan perusahaan. Tidak ingin melewatkan
kesempatan jika itu berhubungan dengan kesejahteraan. Merasa bangga dengan apa
yang telah diperoleh tanpa pernah sedikitpun merenungkan bagaimana misalnya
jika pendengaran, penglihatan, penciuman semuanya diambil oleh Tuhan.
“Cobalah sedikit merenungkan, perlahan-lahan letakkan
tanganmu di dada dan rasakan detakan jantungmu dan coba kamu bayangkan jika
saat itu detakan jantungmu berhenti, lalu apalagi yang bisa kamu banggakan?
Bersyukurlah!!!!
Bersyukurlah!!!!
Bersyukurlah bukan untuk hal-hal yang baik-baik saja.
Bersyukurlah bukan untuk kepentingan diri sendiri. Bersyukurlah ketika ada
orang yang ngeyel, ada orang yang membuatmu jengkel karena sebenarnya jika kamu
merasa jengeal terhadap sikap seseorang maka terlebih dahulu bercerminlah
karena sesungguhnya sikap yang kamu benci itu ada pada dirimu sendiri,
bersyukurlah karena orang tersebut mengajarmu menjadi orang yang lebih peka,
orang yang lebih peduli, orang yang lebih mengerti dalam kondisi apapun.
Memang sangat
kurang nyaman bertemu dengan orang yang menyulitkan (susah dimengerti,
cerewetnya minta ampun ditambah lagi sangat menyebalkan), namun satu hal yang
perlu dipahami bahwa jauh lebih enak daripada menjadi orang yang menyulitkan
itu sendiri.
Orang yang menyulitkan bisa menempah kepribadian
kita, kita akan menjadi pribadi yang sabar dengan terbentuknya prilaku-prilaku
yang baik dan tentunya rasa syukur itu selalu ada karena tidak berada dalam
posisi orang yang menyulitkan.
Yah apapun yang terjadi dua kunci kebahagian jika
kita fahami makna yang tersirat “syukur dan sabar” maka apalagi yang perlu kita
takutkan? Kita hanya perlu menjadi pribadi yang lebih kuat mampu berbagi
kebahagian.
Well,,,
Sebenarnya kita tidak pernah kehilangan apa-apa
karena kita tidak pernah memiliki apapun, lantas apa lagi yang mesti kita
takutkan??
HIDUPLAH DENGAN PERASAAN YANG SELALU BAHAGIAH
Dunt Furget Sabar Pisan karo Beryukur wae bro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar