Akhir-akhir
ini saya sangat keranjingan membaca buku mengenai seorang sufi yang hidup di
masa kepemimpinan khulafaur-rasyidin harun al-rasyid, seorang sufi sekaligus
jenakawan yang ceritanya sangat populer dan tersohor dimana-mana. Beberapa
waktu yang lalu saya terkesima membaca cerita sang jenakawan yang terkenal
dengan nama Abu nawas ini dengan putra raja yang sakit. Memang cerita ini hanya
segelintir cerita mengagumkan yang dimiliki sang jenakawan, namun bukan cerita
itu yang penting, tapi bagaimana sebuah kutipan yang membuatku merasa sangat
cocok mengambil kata-kata ini untuk diadopsi jadi bahan tulisan.
Singkat cerita
putra sang raja sakit karena dia jatuh cinta terhadap seorang wanita dan Dia
takut mengutarakan hal tersebut kepada baginda raja.
Sang raja lalu
meminta pendapat Abu nawas mengenai hal tersebut. Dan sang sufipun berkata
“Cinta itu buta, Bila kita tidak berusaha mengobati kebutaanya maka ia
akan mati”
Yah kalau
ditelaah baik-baik memang makna yang terkandung bagi yang berfikir lewat
tingkatan matanya mengatakan
bahwa benar “jika
kita buta maka kita akan merasakan kegelapan yang sesungguhnya dan hal itu
membuat kita benar-benar mati”
Orang yang
berfikir lewat tingkatan Otaknya
mengatakan bahwa “sekalipun buta dalam artian penglihatan
(mata sesungguhnya) namun kita masih bisa melihat dan merasakan sesuatu dengan
mata hati karena pengetahuan yang dimilikinya”
Orang yang
berfikir lewat tingkatan hatinya akan mengatakan bahwa “Kebutaan itu adalah anugerah, sekalipun bagi
sebagian orang mengatakan itu adalah musibah karena baginya segala sesuatu yang
telah ditakdirkan oleh Allah itu adalah anugerah yang patut untuk disyukuri
bukan untuk disesali”
Pada intinya saya memetik beberapa hikmah dari kalimat
sang sufi, Segala sesuatu punya penawarnya. Jika punya masalah pasti ada jalan
keluar bagaimana memecahkan masalah tersebut. Jika ada sesuatu yang tidak
seharusnya akal fikiran menjangkaunya, jangan memaksakan kehendak agar fikiran
bisa menjangkaunya dengan akal sehat karena tidak semua yang ada di dunia ini
mesti kita bisa jangkau dengan akal fikiran karena semua itu sudah kehendak dan ketetapan yang telah
diberikan oleh sang Khalik.
Sebagai manusia tempatkanlah diri anda pada kemanusiaan
yang sesungguhnya, bukan berada dan berdiri di garis nafsu. Karena sesungguhnya
bila akal mulai teracuni maka semua tingkah laku dan fikiran akan ikut
teracuni.
Yang terakhir sebelum mencintai manusia maka cintailah
sebelumnya sang pemilik cinta itu, agar hidup akan menjadi tenang, tentram
karena segala urusan telah disandarkan padaNya. Allahumma aamien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar