“Perkenalkan namaku Danang Ardi Hasto,
“teman-teman memanggilku Danang. “ Aku Adalah Orang asli Purworejo-Jateng, dan
sekarang saya adalah seorang mahasiswa di Universitas Sudirman (UNSOED) yang
berada di Purwojerto-Jateng.
Pagi ini aku bangun agak telat di kos-anku sehingga sholat subuh yang
seharusnya dilaksanakan pada waktu sebelum fajar terbit kini aku laksanakan
setelah fajar terbit, sekalian sholat dhuhanya dilanjutin. kebetulan semingggu kampus
libur, jadi aku punya waktu untuk bernafas bebas dalam 7 hari kedepan ini.
Biasanya saya dan teman-teman yang lain mengisi kegiatan libur dengan mendaki,
kebetulan aku adalah ketua dari kelompok petualangan “LION GREEN FOREST” namun
setelah diskusi dengan teman-teman, kami rasa waktu seminggu tidak cukup untuk
mendaki target yang telah ditentukan.
Dasar banyak setan, habis sholat mata ini masih merem-melek, namun dengan
keteguhan hati kuayuhkan kaki menuju kamir mandi, dan
“Byurrr!!!!”BBrrrrrr!!” suara air membuka mata
pori-pori kulitku seakan sel tubuhku melotot dengan pelototan seribu wattt.
Badan kembali segar, otot-ototku kembali merapatkan barisan dan siap tempur,
dengan segala kontraksi yang akan diperintah oleh saraf dari otak sensorikku.
Dengan langkah yang ringan dan diiringi
siulan santai, kuraih Ransel kesayanganku dan aku siap pulang ke Kampung, yah
hari ini aku pulang ke Purworejo, soalnya sudah lama tidak ketemu dengan Ibu,
sudah kangen rasanya apalagi ingin rasanya mendengar celoteh dari dek Ratih,
adikku yang paling bungsu dan cara berbicaranyapun masih cadel.
“Bang keterminal berapa bang?” teriakku pada
seorang tukang ojek dipersimpangan jalan yang sedang mangkal.
“Sepuluh ribu saja mas!” Wah mahal banget bang,
kuranginlah bang Mahasiswa bang, yah Delapan ribu sajalah kalau gitu mas”
dengan muka memelas dan ekspresi yang kuyuh dibuat-buat seperti menderita alias
lagi gak banyak uang, aku berkata sambil mengangkat tangan “Lima Ribu sajalah
bang yah, uangnnya nanti tidak cukup untuk sampai kepurworejo bang, tolonglah
bang, ngarep bang!”” Situkang ojek pun terlihat mengerti dengan persoalan yang
terjadi, sudah paham kali’ kalo Mahasiswa jaman sekarang sudah pada edan cara
ngegombalnya. “ya sudah mas naik saja. Hatiku terlonjak sambil bertepuk tangan
dalam hati, acting dan ekspresi kuyuhku ternyata sangat berguna untuk menarik
perasan kasihan situkang ojek tersebut, “jiiyaaahahahah....”aku malah ngakak
dalam hati, takut bersuara karena merasa geli dengan keadan seperti ini.
“Terimakasih yah bang sudah didiskon
bayarannya, ujarku sambil menyodorkan uang lembaran Lima ribua-an kearah tukang
ojek tersebut. “yah sama-sama mas, kita mesti harus saling membantu mas, anggap
saja ini pemberian dari Tuhan, Jawab situkang ojek dengan takzim. “Eh,,
hati-hati yah mas jangan lupa berdoa kalau sudah naik bus Ucap tukang ojek
tersebut dengan senyum penuh makna. akupun menjawabnya dengan senyum dan
anggukan.
Aku berlari mencari-cari Bus
Purwokerto-Purworejo, sudah menyelinap dari Bus yang satu ke Bus yang lain tapi
Bus yang saya cari tidak nongol juga, akhirnya aku berlari dipapan pengumuman
melihat jadwal pemberangkatan Bus. “Alamaakk!!!!!” Busnya sudah pergi 15 menit
yang lalu , mampus deh!
Dengan tertunduk lesu, aku berjalan menuju
kekursi terminal dan kuhempaskan kekecewaanku pada kursi berwana orange
tersebut. Ditengah kegelisahanku, tiba-tiba seorang anak berusia sekitar 14
tahun duduk disampingku, wajahnya teduh namun memperlihatkan segurat kesedihan,
terlihat mata cekung itu tertunduk lesu dan tak bertenaga seakan sinar
kehidupan mulai memudar dari mata tersebut.
Anak itu menoleh kepadaku, aku sedikit
gelagapan dan salah tingkah, mata itu nanar dan tajam memolototiku tapi aku
berusaha untuk tersenyum dan tidak terganggu dengan tatapan mata elang itu.
“mau kemana dik?” ujarku mencairkan suasana dan seolah-olah bisa menyeimbangkan
perasaan itu kembali. “Ke purworejo mas, tapi mobilnya sudah berangkat, ucapnya
lesu.”Ohh, sama dik aku juga mau ke Purworejo, tapi kebetulan mobilnya sudah
pergi.
Terlihat ada sedikit sinar dari keredupan mata
itu. kalau begitu kita tunggu Bus yang Pulang Sore saja dik, yang penting kita
bisa sampai ke Purworejo. anak itu tersenyum dan membalas kata-kataku dengan
anggukan. Setelah perbincangan itu suasana kembali lengan, hingga menitpun
berganti menjadi jam demi jam dan saatnya kumandang adzhar yang terdengar dari
musholla Terminal tersebut menyentakkanku dari tidur.
“Astaghfirullah!!” ternyata aku terlelap
dengan poisi yang sudah miring 50 derajat dari posisi semula. Kulangkahkan kaki
menuju musholla dan kubasuh kepenatan ini dengan air wudhu, terasa segar dan
meresap didalam pori-poriku hingga membuat hati ini menjadi lebih tentram dan
damai.
Selesai sholat tiba-tiba langitpun terlihat
mendung dan suasana menjadi lengan saat hujan turun mengguyur Terminal
Purwokerto, seolah-olah air itu ditumpahkan dari langit yang tak ada
henti-hentinya
“Byurrrrr!!” Byurrrrr!” Byuurrrr!”
Hujan turun dengan derasnya, hingga Bus Cahaya
Alam jurusan Purwokerto-Purworejo baru tiba tepat pukul 5 diterminal. Dengan
sedikit berlari aku menuju kearah bus karena ingin menghindari guyuran hujan
yang semakin deras. Akhirnya aku sampai didalam Bus sambil mengibas-ngibaskan
bajuku yang sedikit basah oleh guyuran hujan.
“Hmmmfttt” aku menarik nafas lega saat duduk
dikursi Bus. Penumpang bus sore ternyata tidak terlalu banyak hanya sekitar
sepuluh-an orang. Bus pun akhirnya meninggalkan terminal setelah sekitar 30
menit menunggu penumpang Bus sore untuk daerah tujuan Purwokert-Purworejo.
Sepanjang perjalanan suasana dalam bUs sangat
sepi, hanya terlihat sesekali ada penumpang yang mengangkat korannya dan ada
juga yang tak henti-hentinya menelpon selama perjalanan yang telah dilalui.
Namun saya tidak bisa melihat satu wajahpun dari tadi karena penumpang-penumpang
tersebut asyik dengan masing-masing alat-alat yang ada didepannya, saya hanya
sempat melihat wajah sopir dan kernetnya tersenyum kepadaku.
Terpaan angin malam selama perjalanan membuat
bulu kudukku terasa merinding. Hawa dingin angin malam menusuk tubuhku hingga
ke persendianku. Sesekali aku mengeliat karena teridur didalam Bus, kulirik
arloji di tanganku ternyata sudah 5 jam perjalanan, suasana Bus sangat sepi,
sepertinya penumpang sudah terlelap dalam mimpi masing-masing.
Jam setengah 11 malam akhirnya aku turun
ditempat pemberhentian Purworejo yang sangat dekat dengan pos ronda anak muda
dikampungku.Aku berjalan oleng melewati pos ronda yang masih dipenuhi anak muda
yang lagi ngobrol.
Seseorang berteriak memanggilku, “Hei mas
Danang!” dari mana mas? akupun refleks berbalik dan melihat ternyata Tio
tetangga rumahku, “dari purwokerto Tio, baru sampai ini. “Mas Danang dari
Purwokerto naik apa?” kok saya tidak melihat ada Bus tadi berhenti mas?” Tio
meneyerbuku dengan banyak pertanyaan, karena memang mereka tidak melihat ada
bus berhenti didepan mereka, dan serta merta aku aku bilang, akh,,,,,Tio jangan
bercanda deh barusan aku turus dengan bus didepan pos ronda ini, dan busnya
sudah pergi Tio. Tio tidak menimpali karena keheranan karena dari tadi dia
tidak mendengar suara kendaraan apalagi bus yang lewat tidak ada.
“aku pulang dulu Tio yah, jawabku tiba-tiba
mencairkan suasana karena memang sudah capek banget naik bus selama perjalanan.
“Oh, iya mas, hati-hati yah mas!” aku membalasnya hanya dengan senyum dan
anggukan.
Akhirnya aku sampai dirumah dengan
selamat, ternyata orang-orang dirumah menunggu kedatanganku dari tadi, bahkan
si cadel ternyata belum tidur karena menunggu abangya pulang. “Mas janyang, mas
janyang, huruf D dia ubah menjadi J sambil menarik-narik ujung bajuku dia
memanggil namaku dengan mulut cadelnya, membuatku sangat geli dan seolah-olah
kepenatan didalam bus pun telah menghilang seketika karena tingkahnya yang
sangat lucu. Aku tahu Ratih menagih janji bonekanya sama aku.
“Ini sayang boneka Barbienya, sambil aku
mengeluarkan bungkusan dari dalam tas yang telah aku beli jauh-jauh hari
sebelum pulang ke Purworejo, Terlihat Ratih sangat senang dan bahagiah, dia
menimang-nimang boneka tersebut, sampai-sampai bonek itu dipegangnya erat
sampai dia terlelap dari tidurnya.
Ibu pun mempersiapakan makan malam untukku, dia
tahu selama perjalanan, aku pasti belum pernah makan. Aku makan dengan lahap
dan sangat banyak. terlihat Ayah masih nongkrong didepan TV, yah kalo bukan
Metro TV pasti yang dia nonton TV One, biasalah, Ayah sangat update and
up to date dengan berita-berita baru. Belum selesai makanan dipiringku, Ayah
memanggil-manggil ibu kedepan Televisi.
“Bu’e cepat kesini, panggil bapak dengan suara
kencang dan diulang beberapa kali. Ini Bu ada berita kecelakaan, Bus jurusan
Purwokerto-Purworejo jatuh kejurang tadi maghrib Bu’. Untung si Danang tidak
naik bus itu Bu’ yah.”astaghfirullah Ibu’ mengelus dadanya berulang kali. Mendengar
namaku disebut-sebut akupun ikut nimbrung diantara Ayah dan Ibu.
“Ada apa sih pak’e kok namaku disebut-sebut?”
tanyaku sambil memperhatikan TV. Namun selang beberapa saat mataku seakan tak
berkedip, tak peduli dan tak kudengar cerita ayah lagi initial kenapa namaku
disebut-sebut. jantungku semakin berdetak cepat, tak tahu ingin bicara apa,
kerongkonganku seperti tersumbat dan sakit, seolah-olah kerongkonganku terkena
penyakit faringhitis dan laringkhitis secara
mendadak.
Kulihata wajah-wajah yang ditampilkan dilayar
TV tersebut.Aku sangat mengenal wajah tersebut, yah dia adalah anak yang duduk
didekatku tadi sore di terminal, meninggal dalam kecelakan Bus sore jurusan
Purwokerto-Purworejo, dan yang paling mebuatku kaget setengah mati adalah, kali
ini adalah wajah yang ditampilkan adalah wajah sopir Bus yang saya tumpangi
tadi sore dan itu sangat meyakinkanku karena nama Bus yang kecelakaan tersebut
adalah Bus Cahaya Alam.
Tiba-tiba mataku berkaca-kaca, aku baru sadar
apa yang terjadi sekarang, untuk ke dua kalinya aku mendapatkan pertolongan
Tuhan, dengan terisak aku memeluk Ibuku seperti orang kesurupan membuat Ayah
dan ibu menjadi kaget.
“Ada apa tho Le’?” tanya ibuku dengan nada
prihatin, iya Le’ ada apa tho?” sambung Ayahku yang sedari tadi ikut panik dengan
kelakuanku. Setelah mengusap air mata yang ada diepulupuk mataku dan hatiku
sedikit tenang dan jiwaku tidak terganggu lagi, akhirnya kuceritakan apa yang
sebenarnya terjadi kepada Ayah dan Ibu.
Nah sekarang gilaran Ayah dan ibuku yang
menangis setengah mati, terlihat ayah jatuh dan bersujud, ibu pun mengikutinya,
mereka berdua sujud syukur atas mukjizat yang telah diberikan kepadaku,mereka
berdua merangkulku, aku tahu betapa mereka sangat menyayangiku, dan tak ingin
kehilanganku, dan kejadian ini merupakan mukjizat tuhan untuk yang kedua
kalinya untukku.
Kuraba kantong celana panjangku, akupun tak
menyangka juga, karena uang yang aku pakai membayar untuk biaya bus tadi masih
ada dikantong celanaku dan tidak ada kurangnya sepersenpun. Aku semakin tidak
mengerti dengan kejadian aneh ini, Tuhan betul-betul memberiku pelajaran yan g
sangat berharga.
Ada satu hal yang tidak pernah aku lupa dalam
hidupku setelah bepeergian, ini adalah pesan guruku diwaktu kecil Pak Soleh
(Alm), “nak kalau mau bpergian, jangan lupa berdoa dulu, karena doa kita pasti
akan selalu diijabah tuhan, Aku tidak pernah lupa dengan pesan guruku itu.
Ini adalah pelajaran buat kita semua, sebelum
keluar rumah janganlah kalian lupa membaca doa “Bismillahi Tawakkaltu Alaa
Llah wa laa haulaa wa Laa Quwwata illa’ bi Llahil Aliyyul adziem” artinya Dengan
nama Allah , aku berserah diri kepadaNya dan tiada upaya kecuali pertolongan
Allah. kalian harus tahu karena kekuatan doa itu sangat berpengaruh
dengan keselamatanmu, bukan berarti kita ingin melawan takdir tapi percayalah
kepadaku doa itu sangat menolongmu dan memberikan berkahnya kepadamu janganlah
takut untuk berdoa. Karena Tuhan adalah zat yang maha mengabulkan doa hamba_Nya
Karya: Nur Samawiah
17 desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar